FISIOLOGI TUMBUHAN
“ UNIT III : PENYERAPAN AIR
OLEH BIJI KERING
YANG TERENDAM AIR”
OLEH
NAMA : JUMRIANI
NIM :
10270047
KLAS /KLMP : A /
III
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK
INDONESIA
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHUlUAN
A.Latar
Belakang
Fisiologi tumbuhan adalah salah
satu bidang studi yang mengkaji mengenai proses-proses yang terjadi di dalam
tubuh tumbuhan, salah satunya yang terjadi pada biji adalah imbibisi, atau
penyerapan air oleh biji yang sedang berkecambah. Penyerapan air oleh biji ini
(imbibisi) adalah merupakan proses pematahan dormansi. Biji merupakan suatu
organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup
untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Proses ini merupakan salah
satu aktivitas yang menunjang kelangsungan hidupnya.
Kadar air
biji merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan
pengolahan, maupun penyimpanan biji. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki
dampak besar terhadap biji selama perkecambahan. Penyerapan air oleh biji akan
mempengaruhi proses perkecambahan mula-mula air masuk ke dalam biji secara
imbibisi dan osmosis, kemudian terjadi pelunakan kulit biji, pengembangan
embrio dan endosperm, dan pada akhirnya kulit biji pecah dan terjadi
pengeluaran radikula.
Imbibisi
oleh biji memiliki kemampuan atau batas penyerapan, ketika biji tersebut
mencapai titik jenuh maka air yang masuk tidak lagi bertambah melainkan tetap
pada keadaan semula. Penyerapan air oleh biji dipengaruhi dari berbagai factor.
Faktor inilah yang natinya juga akan mempengaruhi biji untuk mencapai titik
jenuh dalam penyerapan air.
Pada praktikum ini kami akan
mengamati bagaimana penyerapan air oleh biji berkecambah. Kita akan melihat
sampai dimana biji dapat menyerap air dan samapai dimana kejenuhannya terhadap
air. Dari hasil pengamatan ini maka kita dapat mengkaji factor-faktor apa saja
yang menyebabkan besarnya penyerapan air oleh biji dan tingkat kejenuhan biji
terhadap air. Berdasarkan hal tersebut, maka praktikum Fisiologi tumbuhan ini
dilaksanakan.
B.Tujuan
Tujuan
praktikum ini dilaksanakan adalah untuk mengetahui kecepatan imbibisi biji
kering yang direndam air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tak lain tak bukan suatu proses difusi
belaka, sebab bukankah sel-sel biji kacang kering itu mempunyai nilai osmosis
tinggi dan oleh karena itu mempunyai defisit tekanan osmosis yang besar
pula,jika molekul-molekulairberdifusi dari konsentrasi yang rendah ke
konsentrasi yang tinggi.
Peristiwa imbibisi sebenarnya juga peristiwa osmosis, sebab dinding sel-sel
kulit maupun protoplas biji kacang itu permeabel untuk molekul-molekul air.
Peristiwa imbibisi ini, juga termasuk peristiwa absorsi. Pemasukan
molekul-molekul air di dalam biji adalah suatu peristiwa absorsi atau
penyerapan. Maka yang kita sebut imbibisi ialah menyerapnya molekul-molekul air
di dalam imbiban disebut juga peristiwa peresapan. (Anonim, 2008).
Imbibisi
adalah penyerapan air (absorbsi) oleh benda-benda yangpadat (solid) atau agak
padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai suatu zat penyusun
dari bahan yang berupa koloid. Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan
air yang terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanha
oleh akar tanaman. Namun, penyerapan yang dimaksudkan disini yaitu penyerapan
air oleh biji kering. Hal ini juga banyak kita jumpai dikehidupan kita
sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah
tauge, biji kacang hijau terlebih dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa
perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut.
Tidak hanya itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang
berbeda-beda untuk setiap biiji tanaman (Rezky, 2011).
Transportasi tumbuhan adalah proses
pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada
tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang
terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan
tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh
pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem (Rezky, 2011).
Biji adalah
ovule yang dewasa.Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada
legume,tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada
monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,yaitu:
embrio dan kulit biji (Seed coat atau testa). Kulit biji terbentuk dari
integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis
kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan sebelah
luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit
dan sentuhan mekanis. Setiap biji yang sangat muda dan sedang tumbuh, selalu
terdri atas tiga bagian yaitu embrio, kulit biji (seed coat), dan endosperm.
Endosperm yaitu suatu jaringan penyimpanan makanan cadangan (storage tissue)
yang mana diserap oleh embryo sebelum atau selama perkecambahan biji dan selalu
terdapat di dalam biji yang sangat muda. Pada legumes (kacang-kacangan), biji
mempunyai 2 kotiledon tanpa endosperm. Kulit biji pada legume pada umumnya
mudah dilepaskan dari biji setelah perendaman dengan air panas sehingga
terlihat seluruh biji atau embryo (Gardiner,
1991).
Kadar air benih
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika
kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan
dapat tumbuh. Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya
embryo sac yang sedang mengalami pembuahan mempunyai kadar air kira-kira 80 %
dalam bebarapa hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85% lalu
pelan-pelan menurun secara teratur. Dekat kepada waktu masak kadar air ini
menurun dengan cepat sampei kira-kira 20% pada biji tanaman sereallia,setelah
tercapai berat kering maximum dari pada biji,kadar air tersebut agak konstan
sekitar 20% tetapi sedikit naik terun seimbang dengan keadaan lingkungan di
lapangan (Sasmitamihardja, 1996).
Menurut para pendapat tokoh,
perkecambahan biji merupakan bentuk awal embrio yang berkembang menjadi sesuatu
yang baru yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut Baker, 1950. Sedangkan,
menurut Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah proses tumbuhnya
embrio atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji.
Dalam perkecambahan, biji
selalu mengalami pertumbuhan dan mengalami perkembangan. Pertumbuhan adalah
proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi (bahan dasar) yang
bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan, perkembangan adalah
proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur. Pertumbuhan dalam
suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar
dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga dapat dilihat
dari tunas/awal, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa saja struktur
tubuh kecambah yang mulai ada dari awal/tunas. Seperti pada awalnya, berkembang
batang, akar, dan sebagainya. Pertumbuhan dan perkembangan suatu kecambah biji
akan selalu berbeda-beda tergantung media tanam yang dipakai dan unsur-unsur
yang terdapat dalam media tanam tersebut.
Menurut Salysburi (1995), air
merupakan syarat terjadinya perkecambahan biji karena air berperan dalam:
1. Melunakkan
kulit biji embrio dan endosperm mengembang sehingga kulit biji robek.
2. Memfasilitasi
masuknya O2 ke dalam biji, gas masuk secara difusi sehingga suplai O2
pada sel hidup meningkat dan pernafasan aktif.
3. Mengencerkan
protoplasma
4. Alat
transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon
Biji
merupakan suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan
makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Walaupun
banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun
strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin
kelansungan hidupnya. Kadar air biji merupakan salah satu komponen yang harus
diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan biji. Telah
diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap biji selama
perkecambahan. Penyerapan air oleh biji akan mempengaruhi proses perkecambahan
mula-mula air masuk ke dalam biji secara imbibisi dan osmosis, kemudian terjadi
pelunakan kulit biji, pengembangan embrio dan endosperm, dan pada akhirnya
kulit biji pecah dan terjadi pengeluaran radikula (Anonima, 2011).
1.
Menurut Anonimb (2011),
faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh Biji
adalah:Permeabilitas kulit atau membran biji,
2.
Konsentrasi air, karena air masuk
secara difusi (dari konsentrasi rendah ke tinggi), maka konsentrasi larutan di
luar biji tidak lebih pekat dari dalam biji.
3.
Suhu air, Suhu air tinggi=energi
meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi
4.
Tekanan hidrostatik, ketika volume
air dalam membrane biji telah sampai pada batas tertentu, akan timbul tekanan
hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga kecepatan penyerapan air
menurun.
5.
Luas permukaan biji yang kontak
dengan air, Berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air
6.
Daya intermolekuler, makin rapat
molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji
7.
Spesies dan varietas, Berhubungan
dengan faktor genetik yang menentukan susunan kulit biji
8.
Tingkat kemasakan, biji makin masak,
kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air meningkat
9.
Komposisi
kimia biji
10. Umur,
Berhubungan dengan lama penyimpanan makin lama disimpan, makin sulit menyerap
air .
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.Waktu praktikum
Hari/Tanggal : Senin,20 mei
2013
Tempat :
Laboratorium Biologi UVRI MAKASSAR
Waktu :
13.30-14.30
B.Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan (neraca ohaus)
b. Cawan petri
c. Stopwatch
2. Bahan
a. Biji kacang merah (Phaseolus
vulgaris)
b. Aquadest
c. Kertas saring
C. Cara Kerja
1.
Ambil secara random 10 biji dari tiap kelompok yang di sediakan dan timbang.
2.
Rendam dalam cawan petri selama 5
menit.
3.
Keluarkan biji dari cawan petri dan letakkan dalam kertas saring hingga air
yang menmpel terserap. Segera timbang,tentukan beratnya.
4.
Lakukan kegiatan no.3 untuk beberapa kali sampai di peroleh berat yang
tidak bertambah lagi
5.
Buatlah grafik yang menunjukkan
hubungan antara waktu perendaman dan air yang di serap.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Tabel Imbibisi Kecambah
|
No.
|
Waktu perendaman
|
Berat biji (g)
|
|
1.
|
0
|
5,57
|
|
2.
|
5
|
5,78
|
|
3.
|
10
|
5,98
|
|
4.
|
15
|
6,02
|
|
5.
|
20
|
6,33
|
|
6.
|
25
|
6,35
|
Grafik
hubungan antara waktu perendaman dengan air yang diserap
B.
Pembahasan
Beradasarkan
hasil pengamatan, didapatkan data yang menunjukkan bahwa kacang merah (Phaseolus
vulgaris) mengalami imbibisi atau penyerapan air oleh biji. Berat biji
semakin bertambah setelah dilakukan perendaman selama beberapa menit. Pada saat
biji belum di rendam, beratnya hanya 5,57 gram namun pada menit ke 5 perendaman,
berat biji naik menjadi 5,78 gram disini telah terlihat penambahan berat biji
akibat penyerapan air yang dilakukannya. Pada menit selanjutnya yaitu menit ke
10 terjadi penambahan berat biji yaitu 5,98 Pada menit-menit selanjutnya yaitu menit 15
sampai 20 berat biji masih tetap bertambah yaitu menit ke 15 berat biji
bertambah menjadi 6,02,sedangakan menit ke 20 berat biji bertambah menjadi
6,33,sampai pada menit ke 25 sampai menit ke 35 berat biji bertambah dengan
berat yang sama.Walaupun beratnya sudah tetap, kami masih mencoba merendam dan
menimbangnya lagi untuk melihat masih mampukah biji tersebut dalam menyerap air
sampai kami menemukan titik konstan yaitu tidak lagi terjadi pertambahan berat.
Hal ini berarti ketika mencapai menit ke 35 biji telah jenuh dan tidak lagi
menyerap air. Ketika biji tersebut mencapai titik jenuh maka air yang masuk
tidak lagi bertambah melainkan tetap pada keadaan semula. Penyerapan air oleh
biji dipengaruhi dari berbagai factor. Faktor inilah yang natinya juga akan
mempengaruhi biji untuk mencapai titik jenuh dalam penyerapan air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan air yaitu permeabilitas kulit
atau membran biji, konsentrasi air, suhu air, tekanan hidrostatik, Luas
permukaan biji yang kontak dengan air, spesies dan varietas, tingkat kemasakan,
komposisi kimia biji, dan umur. Dari berbagai faktor tersebut hal yang dapat
mengakibatkan terjadinya jenuh air oleh biji yaitu tekanan hidrostatik karena
ketika volume air dalam membrane biji telah sampai pada batas tertentu, akan
timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga kecepatan
penyerapan air menurun (Anonim, 2011).
Pertanyaan
1.
Berapa
banyak air yang dapat di serap oleh masing-masing biji ?
2. Jelaskan perubahan data berat biji hasil percobaan,anda dengan
menggunakan kata kunci “Difusi potensial air”dan “Imbisi”?
3. Fakt-faktor apa saja yang mempengaruhi perkecambahan biji ?
4.
Jelaskan
apakah setiap biji yang di rendam dalam air kan menjamin berlangsungnya
pekecambahan ?
Jawaban
1.
Air
yang yang masing-masing di serap oleh biji yaitu
BERAT AKHIR
– BERAT AWAL
__________________________________ X 25
10
=
_____________________________________________
100 %
6, 35-5,57
_____________
x 25
10
=
__________________________________________
100 %
0,
78
_________ x 25
10
=
_________________________
100%
1,
95
=
________________________
100
= 0,0195
/ BIJI
Jadi banyaknya air yang diserap biji
Phaseulus vulgaris setiap bijinya
sebanyak 0,0195 gram/ biji.
2.
Jelaskan perubahan data berat biji
hasil percobaan anda dengan menggunakan kata kunci “difusi potensial air” dan
“imbibisi”?
Jawab : semakin lama waktu perendaman
kacang, semakin bertambah pula beratnya, karena terjadi proses imbibisi,
peristiwa imbibisi pada hakekatnya juga merupakan suatu proses difusi. Sebab
sel-sel kacang kering (pada biji) mempunyai nilai osmotic tinggi dan oleh kare
aitu mempunyai deficit tekanan osmotic yang tinggi pula, maka molekul-molekul
air berdifusi dari konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi pula,
maka molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang rendah ke konsentrasi
yang tinggi, dengan kata lain proses imbibisi yang terjadi akibat perbedaan
potensial air larutan dengan biji dimana PA larutan lebih tinggi daripada PA
biji, dimana air mengalir dari PA tinggi ke PA yang rendah yang berarti bahwa
air berdifusi dari larutan ke dalam biji.
3.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
perkecambahan biji?
Jawab : factor-faktor yang mempengaruhi
perkecambahan biji adalah factor lingkungan seperti air, udara, cahaya, dan
panas. Selain itu juga dipengaruhi oleh factor dormansi dimana biji yang
memerlukan waktu istirahat dulu kemudian dapat berkecambah.
4. Jelaskan apakah setiap
biji yang direndam dalam air menjamin berlangsungnya perkecambahan?
Jawab : tidak, karena setiap biji yang
direndam mempunyai waktu istirahat yang berbeda-beda sehingga ada biji yang
melakukan dormansi (istirahat) baru berkecambah setelah beberapa hari, minggu,
bula bahkan tahun sebelum waktu istirahat yang diperlukan tercukupi, biji tidak
akan tumbuh, walaupun factor-faktor lingkungan terpenuhi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecepatan
imbibisi biji kering yang di rendam air dapat meningkat dan dapat menurun. Biji
dalam menyerap air memiliki tingkat kejenuhan, ketika biji tersebut mencapai titik
jenuh maka air yang masuk tidak lagi bertambah melainkan tetap pada keadaan
semula. Hal tersebut dipengaruhi dari berbagai factor seperti tekanan
hydrostatis, ketika volume air dalam membrane biji telah sampai pada batas
tertentu, akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga
kecepatan penyerapan air menurun.
B. Saran
1.
praktikum sebaiknya bersungguh-sungguh dalam menjalani praktikum fisiologi
tumbuhan, agar diperoleh ilmu yang optimum berdasarkan hasil pengamatan, dan
dapat menguji teori dari perkuliahan.
2.
Kakak asisten sebaiknya membimbing
praktikum dengan sepenuh hati dan memberikan penjelasan-penjalasan yang
berkaitan dengan praktikum yang sedang dijalani, sehingga terjadi transfer ilmu
secara tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008(.”Penyerapan
Air Oleh Biji”, (Online) (http:// www.google.com.penyerapan+air+oleh+biji)).diakses pada tanggal 20 April 2012.
Anonima.
2011. Perkecambahan
Biji. Belantara kreatif .blogspot. com/2009/ 11/Biji. html -
53k-.
Gardiner.
Franklin P, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia UI Press.
Resky,
Andi. 2011. Laporan Praktikum Imbibisi.
Salisbury,
Frank B, dkk. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Sasmitamihardja,
D; Arbayati, S. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
trimakasih infonya....
BalasHapussangat menarik dan bermanfaat....
mantap...